PERCOBAAN IX “PEMERIKSAAN TELUR CACING ”


PERCOBAAN IX
PEMERIKSAAN TELUR CACING


OLEH
NAMA:FARMA
NIM:F-17073
KELAS:IB


AKADEMIFARMASISANDIKARSA
MAKASSAR
2018





BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
            Cacing atau sering disebut kecacingan merupakan penyakit endemik  dan kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi tidak mematikan. Tetapi mengerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat (Rahmadini, Nurul Sahana. 2016)

            Secara global, pada tahun 2010 diperkirakan 819 juta orang terinfeksi Ascaris lumbricoides, 666,6 juta orang terinfeksi Trichuris Trichiura dan 338,9 juta orang terinfeksi Hookworm. Di asia, kecacingan akibat STH mencapai 67 % menurut WHO pada tahun 2013, infeksi STH terbanyak mengenai kelompok usia 6- 12 tahun atau pada tahapan usia anak sekolah dasar (SD), yakni berjumlah 189 juta anak (Butarbutar Hernita Daniaty.2017)

            Diindonesia angka kesakitan karena terinfeksi cacing usus atau perut cukup tinggi. Hal ini dikarenakan letak geografis indonesia di daerah tropis yang mempunyai iklim yang panas akan tetapi lembab (Aminah Siti. 2017)

            Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti ubih dari 2 millyar manusia diseluruh dunia (Tjay Tan Hoan Dan Kirana Rahardja. 2016).
           







1.2. Maksud, Tujuan, dan Prinsip Percobaan
   
1.2.1. Maksud Percobaan
     Untuk mengenal dan mengetahui cara pemeriksaan telur cacing dengan berbagai sampel dan metode pemeriksaan.
                       
1.2.2. Tujuan Percobaan
     Untuk melakukan pemeriksaan telur cacing dari    berbagai sampel

1.2.3. Prinsip Percobaan
Mengamati secara langsung berbagai macam telur cacing dengan menggunakan mikroskop dan mengetahui bentuk- bentuknya, dengan menggunakan sampel feses manusia debu, tanah dan daki













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.I. Teori Ringkas
     Helminthiasis atau kecacingan adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit cacing, penyakit ini banyak terjadi di dunia, termasuk diindonesia. Parasit cacing yang sering menyebabkan kecacingan adalah kelompok sal Transmitted Helmints (STH), yakni cacing gelang (Ascaris Lumbricoides). Cacing cambuk (Trichuris Trichiura), cacing kait (Hookworm)dan cacing benang (Strongyloides Stercoralis) (Butarbutar, Hernita Daniaty. 2017).

     Diagnosis infeksi STH dapat ditegakan dengan ditemukannya telur cacing pada pemeriksaan feses. Kecacingan dapat terjadai apabila telur yang infektif masuk kedalam tubuh manusia dengan cara tertelannya telur atau masuknya larva menembus kulit. Cacing akan dewasa diusus dan bertelur diusus manusia, kemudia telur akan keluar bersamaan dengan feses dan berkembang ditanah (Rahmadhini, Nurul Sanana. 2016)

     Masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat kecacingan adalah anemia, obstruksi saluran empedu, radang pangkreas, usus buntu, alergi dan diare, dan penurunan fungsi kognitif,dan radang paru-paru (Widjaja, Junus, dkk.2013).

     Pada umumnya cacing jarang menimbulkan penyakit serius , tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang merupakan suatu faktor ekonomis sangat penting (Tjay Tan Haan dan Kirana Rahardja. 2016).

     Pemeriksaan telur cacing dari tinja, dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil kualitatif dan kuantitatif (disebut sebagai cara kualitatif dan kuantitatif ).

     Kualitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung pada keperluannya, yaitu pemeriksaan secara natif (Direct Slide), pemeriksaan dengan metode apung (Hotation Nuthode), modifikasi metode merthiolat iodine formaldehyde (Mif), metode selotip (Cellotape Methode), metode konsentrasi, teknik sediaan tebal (Cellophane Covered Thick Smear Technid Teknik Kato) dan metode sedimentasi formol ether (Ritchie)

     Kualitatif, dikenal dua metode pemeriksaan, yaitu metode stoll dan metode katz. Pemeriksaan larva dilakukan dengan dua cara, yaitu metode pembiakan larva menurut Baerman dan modifikasi harada/ mori (Nathadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes. 2009 ).

     Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan laboratorium, diantaranya adalah jika hasil pemeriksaan feses negatif. Dianjur untuk melakukan pemeriksaan isi duadenum (Ospirasi Duadenum). Pada kasus hiperinfeksi telur larva dan feses (Muslim M. 2009)

     Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, adakalanya langsung melalui luka dikulit (cacing tambang dan benang) atau lewat telur (kista) atau larvanya yang ada dimana-mana diatas tanah. Terlebih pula bila pembuangan kotoran (Tinja) dilakukan dengan sembarangan (sistem riol terbuka) dan tidak memenuhi persyaratan higiene (Tjay Tan Haan dan Kirana Rahardja. 2016).

     Kuku berfungsi melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh, secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya sulfur
     Kuku yang terawat dan bersih juga merupakan cerminan kepribadian seseorang, kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan organisme diantaranya bakteri dan telur cacing. Kuku jari tangan yang kotor kemungkinan terselip telur cacing akan tertelan ketika maka, hal ini diperparah lagi apabila tidak terbiasa mencuci tanga memakai sabun sebelum dan sesudah makan, atau bahkan pada anak-anak yang menderita Axuriasis akan mengalami autoinfeksi ketika menghisap jari sewaktu haus (Butarbutar, Hernita Daniaty. 2017).

     Prevalensi penyakit cacing yang dikeluarkan melalui tanah didaerah tropis masih cukup tinggi. Diindonesia mematoda usus masih menjadi masalah kesahatan masyarakat adalah Ascaris Lumbericoides, cacing tambang, dan Trichuris Trichiura. Salah satu sumber penularannya adalah air dan lumpur yang digunakan dalam budidaya sayuran. Tanah, sayur-sayuran, dan air merupakan media transmisi yang penting. Kebiasaan defikasi ditanah dan pemakaian tinja sebagai produk pupuk kebun (Diberbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi (Nugroho, Cahyono dkk. 2010).

     Kebiasaan memakan sayuran mentah (Lalapan) perlu hati-hati terutama jika dalam pencucian kurang baik sehingga memungkinkan masih adanya telur cacing pada tanaman kubis. Parasit yang ditemukan pada sayuran adalah : Ascaris Lumbricoides, Trichuris Trichiura, cacing tambang pada tanah ditemukan Ascharis Lumbricoides, Trichuris Trichuisa dan Ranabditidae (Aminah siti. 2017).

     Soll transmitted Halminth (STH) merupakan kelompok parasit cacing usus yang memerlukan media tanah untuk perkembangannya. Kelompok cacing STH adalah Ascaris Lumbricoides, Trichuris Trichiura, Hookworm, dan Stongyloides Stercoralis.

     Soil transmitted Holminth dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk kondisi eksternal lingkungan seperti tanah, tidak adanya fasilitas sanitasi, sistem pembuangan limbah yang tidak aman. Tidak mampu dan kurangnya sumber air bersih dan keadaan dari toilet yang tidak memenuhi kesehatan. Faktor manusia termasuk usia, jenis kelamin, status sosial, ekonomi, dan pendudukan ( Rahmadhini Nurul Sanana. 2016)

                                                                            BAB  III
                                                    METODE KERJA

III.1  Alat dan Bahan yang Digunakan
     III.1.1  Alat yang Digunakan
a.       Batang pengaduk
b.      Cawan petri
c.       Corong gelas
d.      Gelas kimia
e.       Kaca objek
f.       Kain kasa
g.      Kertas saring
h.      Mikroskop
i.        Pinset
j.        Pipet tetes
k.      Rak tabung
l.        Saringan
m.    Sendok tanduk
n.      Sentrifuse
o.      Tabung
p.      Timbangan

III.1.2   Bahan yang digunakan
a.       Alkohol (C2H6O)
b.      Aluminium foil
c.       Aquadest(H2O)
d.      Feses manusia
e.       Debu
f.       Daki
g.      Larutan natrium hipoklorit(NaClO)
h.      Natrium klorida(NaCl)
i.        Tanah



























III.2  Cara Kerja
      III.2.1  Pemeriksaan telur cacing pada tanah
a.       Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.      Ditimbang 5 gram tanah yang telah disaring
c.       Dimasukkan kedalam tabung sentrifuge
d.      Ditambahkan larutan natrium hipoklorit sebanyak 10ml.
e.       Diaduk menggunakan batang pengaduk,serta diamkan.
f.       Dimasukkan kedalam alat sentrifuge
g.      Diputar pada kecepatan putar 2.000 rmp selama 2 menit dan buang cairan.
h.      Ditambahkan air kedalam tabung dan pusing kembali 2 kali untuk tiap kali 2 menit pada kecepatan putar yang sama dan buang cairan .
i.        Ditambahkan air pada tabung
j.        Diputar pada kecepatan putar 2.500 rmp selama 5 menit
k.      Didiamkan beberapa menit dan amati pada mikroskop dengan kaca penutup

III.2.2 Pemeriksaan telur cacing pada debu
a.       Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.      Ditimbang 5 gram debu yang telah disaring
c.       Dimasukkan kedalam tabung sentrifuge
d.      Dilakukan perlakuan seperti pada perlakuan pertama.


III.2.3  Pemeriksaan telur cacing pada daki
a.       Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.      Dengan menggunakan larutan NaCl,diambil daki dengan kapas dan diletakkan pada cawan petri
c.       Dimasukkan kedalam tabung sentrifuge
d.      Ditambahkan larutan natrium hipoklorit secukupnya.
e.       Dilakukan perlakuan seperti pada perlakuan pertama.
III.2.4  Pemeriksaan telur cacing pada feses
a.       Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.      Ditimbang 5 gram feses
c.       Direndam selama 5 menit dalam larutan NaCl
d.      Dimasukkan kedalam tabung
e.       Ditambahkan larutan natrium hipoklorit secukupnya
f.       Dilakukan perlakuan seperti perlakuan pertama.









                                                            BAB IV
                                                HASIL PENGAMATAN
IV. Tabel Hasil Pengamatan
a.       Pemeriksaan pada debu
                                  LABORATORIUM  BIOLOGI  FARMASI
                                   AKADEMI  FARMASI  SANDI   KARSA
                                                            MAKASSAR


Keterangan:
Sampel :Debu
Jenis Cacing: cacing tambang
                      (Ancylostana doudenale)










b.Pemeriksaan pada Tanah
                                           LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI
                                    AKADEMI FARMASI SANDI KARSA
                                                            MAKASSAR

Keterangan :
Sampel:Tanah
Jenis Cacing :cacing cambuk
                      (Trichuris triciura)










c.Pemeriksaan pada Daki
                                      LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI
                                      AKADEMI FARMASI SANDI KARSA
                                                         MAKASSAR

Keterangan :
Sampel: Daki
Jenis cacing : cacing gelang
                        (Ascaris lumbricoides)












d.Pemeriksaan pada feses
                                  LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI
                                  AKADEMI FARMASI SANDI KARSA
                                                     MAKASSAR

Keterangan :
Sampel :Feses
Jenis Cacing :Cacing pita
                       (Taemia saginata)










                                                            BAB  V
                                                     PEMBAHASAN
            Cacing merupakan salah satu parasite yang menghinggapi manusia.Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih sangat tinggi,terutama di Indonesia. Sebagian besar infeksi  dengan parasite berlangsung tanpa gejalah atau menimbulkan gejalah ringan.Oleh karena itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan. Infeksi umumnya melalui tanah dan debu yang terkontaminasi feses yang mengandung cacing.
            Pada percobaan ini, yang akan diamati yaitu ada tidaknya telur cacing pada tanah,debu,daki,dan feses manusia.Adapun sampel yang digunakan yaitu tanah,debu,daki,dan feses.
            Pada percobaan ini,masing-masing sampel yang digunakan sebanyak 5 gram yang dimasukkan kedalam tabung sentrifuge ,lalu ditambahkan lauran natrium hipoklorit pada masing-masing tabung yang berisi sampel.Setelah itu,dimasukkan kedalam tabung sentrifuge lalu diputar dan didiamkan selama 30 menit.Setelah itu,diamati pada mikroskop sampel tersebut dengan menggunakan kaca preparat.Pada pengamatan tersebut sampel tanah terdapat telur cacing,pada sampel debu,daki dan feses manusia juga terdapat telur cacing.
            Hal tersebut membuktikan bahwa penyakit infeksi yang disebabkan oleh manusia terinfeksi cacing,dapat disebabkan oleh penularan melalui tanah yang telah terkontaminasi feses yang mengandung telur cacing sehingga dapat menyerang manusia.
            Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel debu terdapat telur cacing jenis cacing tambang (Aneylostomaduodenale) cacing ini berbentuk seperti huruf c dan berwarna agak kemerahan.Pada sampel tanah terdapat telur cacing jenis telur cacing cambuk (Trichuristriciura).Pada sampel daki terdapat telur cacing gelang  (Ascaris lumbricoides) yaitu berbentuk oval dinding memiliki lapisan albumin oid dan hitalin berwarna kuning kecoklatan.Sedangkan pada sampel feses terdapat telur cacing pita (Taemia saginata), cacing ini berwarna putih pucat,tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan.


                       




















BAB VI
PENUTUP

VI.I. Kesimpulan
   Pada pemeriksaan telur cacing pada debu terdapat telur cacing, pada pengamatan feses terdapat 2 telur cacing yaitu cacing tambang, pada daki terdapat cacing Ascaris lumbricoides dan pada tanah got terdapat 2 telur cacing.

VI.2. Saran
   Bimbingan dari instruktur laboratorium masih sangat dibutuhkan agar dalam praktikum kesalahan dapat dihindari.















DAFTAR PUSTAKA

Butarbutar, Hernita Daniaty. 2017. Analisis Pemeriksaan Telur
Cacing Pada Kotoran Kuku dan Senitasi Dasar. Medan; universitas
   Sumatra Utara.

Muslim.2009. Parasitologi Untuk Perawat. Jakarta; Buku kedokteran

Natadisastra Djaenudin dan Ridad Agoes. 2009. Parasitologi
Kedokteran Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang Diserang. Jakarta;
   Buku Kedokteran.

Rahmadhini Nurul Sanana. 2016. Uji Diagnostik Kecacingan Antara
Pemeriksaan Feses dan Pemeriksaan Kotoran Kuku Pada Siswa SD
   Lampung ;Universitas Lampung.

Tjay Tan Haan dan Kirana Pahardja. 2009. Obat-obat Penting.
   Jakarta; Media Kompatindo.







Komentar