PERCOBAAN III “STERILISASI DAN ISOLASI MIKROORGANISME”
PERCOBAANIII
“STERILISASI DAN ISOLASI
MIKROORGANISME”
OLEH
NAMA:FARMA
NIM:F-17073
KELAS:IB
AKADEMIFARMASISANDIKARSA
MAKASSAR
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Satu tahapan penting yang harus
dilakukan dan merupakan aturan standar selama melaksanakan praktikum atau kerja
mikrobiologi adalah sterilisais (widodo,
lestanto unggul.2011).
Hingga sekarang semakinm banyak
zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau mengurangi, jumlah organisme dan
penemuan-penemuan baru terus muncul dipasaran. Oleh karena tidak adanya bahan
kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan,
maka pilihlah bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada, dalam waktu
yang tersingkat dan tanpa merusak bahan yang didesinfeksi (staf pengajar, 2010).
Sterilisasi dapat dilakukan baik
dengan cara fisik maupun kimia. Metode fisik didasarkan pada tindakan
pemanasan. Cara kimia mencakup sterilisasi gas (pruss.A,dkk.2005).
Proses pembuatan produk farmasi
sediaan steril perlu memperhatikan proses sterilisasi produk untuk menghindari
terjadinya kontaminasi pada sediaan steril akan diproduksi dimana dapat
berdampak pada penggunaan steril tersebut sehingga perlu dilakukan proses yang
sangat ketat dalam setiap tahapan pengolahannya (farmasi industri produk steril.pdf).
Isolasi mikroorganisme didefinisikan
sebagai kegiatan pemisahan kultur dari
biakan campuran di alam menjadi sel-sel yang seragam setelah di tumbuhkan dalam
medium buatan. Sebelum mengisolasi harus dapat diperkirakan mikroorganisme apa
yang akan diisolasi dan habitat apa yang menentukan serta sampel apa yang akan
diambil dari alam berikut medium apa yang digunakan (wignyanto dan nurhidayat.2017)
Analisis mikrobiologi farmasi adalah
ilmu yang mempelajari tentang peranan serta kehidupan mikroorganisme dalam bidang
farmasi, atau dapat juga diartikan merupakan salah satu cabang mikrobiologi
yang mempunyai tujuan pengenalan, identifikasi, serta cara-cara pengujian
terhadap mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan pada sediaan farmasi (djide, natsir dan sartini,2018).
I.2.
Maksud, Tujuan, dan Prinsip Percobaan
I.2.1.
Maksud Percobaan
Maksud
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami prosedur pengujian
sterilisais ruangan dan isolasi mikroba.
I.2.2.
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sterilisasi dengan autoclav pada
suhu 121 ºC dengan tekanan 2 Atm dengan melakukan kerja aseptis dan mengetahui
tekhnik isolasi mikroba dengan memisahkan mikroba dari sehingga didapat kultur
murni.
I.2.3.
Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini
adalah sebagai berikut :
1. Pada
proses sterilisasi disterilkan alat dengan menggunakan autoclav pada suhu 121
ºC dengan tekanan 2 Atm.
2. Pada
proses sterilisasi menggunakan media NA (nutrient Agar) dan PDA (potato
Dextrose Agar) dan disterilkan pada ruang steril, terbuka dan uv.
3. Pada
proses isolasi mikroorganisme menggunakan medium NA dan PDA pada metode tuang,
sebar, dan gores. Dengan ingkubasi selama 1x24 jam pada medium NA dan 3x24 jam
pada medium PDA dengan suhu 37ºC (NA) dan 25ºC (PDA).
4. Pada
isolasi mikroorganisme disterilkan alat dengan autoclav pada suhu 121 ºC dengan
tekanan 2 Atm pada waktu 15 menit.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1.
Teori Ringkas
A. Sterilisasi
` Sterilisasi dalam mikrobiologi
merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdaapat pada atau
di dalam suatu benda. Hal-hal yang dilakukan ketika pertama kalinya melakukan
pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya hal itu telah
menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Dilain sisi ada
beberapa peralatan dan media yang umum dipakai dalam pekerjaan mikrobiologi
yang menjadi rusak apabila dibakar. Tiga cara utama yang umum dipakai dalam
sterilisasi yaitu penggunaan panas, bahan kimia, dan penyaringan atau filtrasi (tim penyusun.2016).
Sterilisasi dengan cara pemanasan dapat
dilakukan dengan cara pembakaran, pemanasan kering, pemanasan basah, dan
pasteuritasi. Cara-cara sterilisasi
pemanasan ini diuraikan dibawah ini:
a.
Pembakaran
Cara
pembakaran adalah cara sterilisasi yang paling mudah dilakukan dan sangat
sederhana. Tapi hanya terbatas pada alat-alat yang tahan api. Misalnya
sterilisasi ose (alat untuk menanam
bakteri).
b.
Pemanasan kering
Cara
pemanasan kering dilakukan dengan menggunakan oven yang suhunya antara
150-160ºC. Cara ini memerlukan waktu minimal 1 jam.
c.
Pemanasan basah
Pemanasan
basah dapat dilakukan dengan cara merebus alat atau bahan yang akan
disterilkan. Misalnya alat suntik, atau alat-alat lain yang terbuat dari logam.
d.
Cara pasteurisasi
Tujuan dari
pasteurisasi adalah hanya mematikan kuman vegetatif. Suhu 66ºC, waktu yang
diperlukan selama 30 menit (hasyimi.M.2010).
Sterilisasi
secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan. Desinfektan adalah
suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik,
bersifat merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi. Contoh : alkohol,
fenol, halogen (tim penyusun.2016).
Antiseptik biasanya dipergunakan dan
dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90 %
adalah yang termurah, namun merupakan antiseptik yang sangat efektif.
Penambahan iodium pada alkohol akan meningkatkan daya desinfeksinya (staf pengajar.2010).
Istilah desinfeksi sulit untuk
didefinisikan karena aktifitas yang ada didalam proses desinfeksi sangat
beragam. Panduan dari thecenters for disease control memungkinkan adanya
pengecualian berikut:
1. Desinfeksi
tingkat tinggi : diharapkan dapat menghancur semua mikroorganisme, terkecuali
sejumlah besar spora bakteri.
2. Desinfeksi
tingkat menengah : menonaktifkan mikrobakteri tuberculosis dan sebagian besar
jamur, tidak dapat membunuh spora bakteri.
3.
Desinfeksi tingkat
rendah : dapat membunuh hampir semua bakteri, beberapa virus, dan beberapa
jamur, tidak dapat membunuh mikroorganisme resisten seperti bacil tuberculosis
atau spora bakteri (pruss.A, dkk.2005).
Berikut
ini diuraikan beberapa jenis disenfektan dan bagaimana cara menggunakannya.
a. Iodium
Solusi iodium, baik dalam air maupun
alkohol bersifat sangat antiseptik dan telah dipakai sejak dahulu sebagai
antiseptik kulit sebelum proses pembedahan dilakukan.
b. Klorin
Dirumah-rumah sakit dipakaia untuk
mendisinfeksi ruangan-ruangan permukaan-permukaan ruangan yang tidak
dipergunakan untuk melakukan bedah.
c. Alkohol
Alkohol merupakan zat yang paling
efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan desinfeks.
d. Fenol
Fenol dalam konsentrasi rendah, daya bunuh
fenol disebabkan karena fenol mempresifitasikan protein secara aktif,dan selain
itu juga merusak membran dengan menurunkan tegangan permukaan.
e. Peroksida
Peroksida hydrogen (H202)
merupakan antiseptik yang efektif dan nontoksik. Terdapat bukti bahwa H2O2
10% bersifat virusid dan sporisid.
f. Deterjen
Deterjen merupakan senyawa organik,yang
karena struktur dapat berkaitan dengan air dan dengan molekul-molekul organis
non polar(hasyimi,M.2010).
g. Formaldehid
Formaldehid (8%) dapat dipakai sebagai
zat untuk sterilisasi dan efektif untuk proses disinfeksi tingkat tinggi, akan
tetapi formaldehid ini bersifat toksit dan kuat.
h. Glutaraldehid
Glutaraldehid, misalnya cidux dapat
dpakai sebagai zat sterilisasi dan afektif sebagai desinfektan tinggi (hasyimi.M.2010).
Sterilisasi
secara fisika, dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemanasan
kering
a. Panas
oven ( udara)
bahan
yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat di sterilisasi dangan uap
destilasi dalam udara panas oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak,
paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol.
b. Minyak
dan penangas lain
Bahan
kimia dapat disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas yang berisi
minyak mineral pada suhu 162ºC.
c. Pemijaran
langsung
Pemijaran langsung di gunakan untuk mensterilkan spatula
logam,batang gelas,filter logam
bekerfield dan filter bakteri lainnya.
2. Panas lembab
a. Uap
bertekanan
Sterilisasi
dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.
b. Uap
panas pada 100ºC
Uap
panas pada 100ºC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air mendidih.
c. Pemanasan
dengan bakterisida
Pemanasan
ini menghadirkan aplikasi khusus daripada uap panas pada100ºC.
d. Air
mendidih
Penangas
air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat benyak dalam sterilisasi jarum
spoit, penutup karet, penutup alat-alat bedah( Hadada,abdul wahab 2009).
3. Cara
bukan panas
a. Sinar
ultraviolet
Sinar
ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi vdi udara
dan pemusnaan selama proses di lingkungan.
b. Aksi
letal
Ketika
sinar uv melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom dan
mengubah keaktifannya.
c. Radiasi
pengion
Radiasi pengion adalah
energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif seperti kobalt-Go (
sinar gamma) atau yang di hasilkan oleh preparat mekanisme elektron sampai ke
kecepatan dan energi tinggi (sinar katode, sinar beta) (Hadada, Abdulwahab.2009).
B. Isolasi
mikroorganisme
Pada penanaman mikroba perlu
diperhatikan kebutuhan nutrisi untuk mikroba tersebut sehingga dapat tumbuh dengan baik. isolasi
bakteri adalah pemisahan bakteri dari alam dan menanamannya dalam media baru
sebagai bakan murni (Ismaniar,dkk.2017).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk
memperoleh biakan murni dari suatu biakan camppuran. Dua diantaranya paling sering digunakan
adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip
pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan
bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (rukmanah.2013).
Teknik
untuk menanam bakteri adalah sebagaio berikut :
1. Teknik
plate method (cara tebar/sebar)
Teknik spread plate merupakan teknik
isolasi mikroba dengan cara mengikulasi kultur mikroba dengan cara di pulas
atau disebar pada permukaan media agar padat. Metode ini dilakukan dengan
mengencerkan biakan kultur mikroba.
2. Metode
isolasi spred plate
Cara spread plate paling sering
digunakan untuk memisahkan bakteri dari permukaan agar untuk memperoleh koloni
terisolasi, sebab metode ini paling mudah dan cepat.
3. pour
plate method
teknik ini dilakukan menginokulasi
medium agar yang sedang mencair pada temperatur 40-50 C dengan suspensi bahan
yang mengandungn mikroba, dan menuangkannya dalam cawan petri.
4. Pembiakan
lapangan
Teknik ini dilakukan dengan cara
membasahi seluruh permukaan agar dengan suspensi kuman. Hal ini akan
menyebabkan pertumbuhan kuman merata.
5. Pembiakan
agar miring
Teknik inokulasi bakteri dengan cara
menggoreskan pada permukaan agar miring.
6. Pembiakan
dengan tusukan
Teknik inokulasi bakteri dengan cara
menusukkan pada permukaan agar tegak (yusmaniar,dkk.2017)
II.2.
Uraian Bahan
1. Agar
(Fi. Edisi III hal 74)
Nama Resmi : AGAR
Nama Lain : Agar
Pemerian : Berkas potongan memanjang,
tipis seperti selaput dan
berlekatan, atau berbentuk keping,
serpih atau butiran;
jingga lemah kekuningan, abu-abu
kekuningan sampai
kuning pucat atau tidak berwarna, tidak
berbau atau
berbau lemah, rasa berlendir, jika
lembab liat, jika
kering rapuh
Kelarutan : praktis tidak larut dalam
air, larut dalam air mendidih.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : pemadat
2. Aquades
(Fi. Edisi III hal 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut
II.3. Uraian Medium
1. Medium
NA (Nutrient Agar)
Komposisi :
a. Ekstrak
Daging Sapi 3 gram
b. Pepton 5 gram
c. Agar 15 gram
d. Air 1000 ml
2. Medium
PDA (Potato Dextrose Agar)
Komposisi :
a. Kentang
(kupas kulitnya) 400 gram
b. Dextrosa 15 gram
c. Agar-agar 15 gram
d. Air 1000 ml
BAB III
METODE KERJA
III.1.Alat
dan bahan
III.1.1.Alat
yang digunakan
Adapun
alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, batang pengaduk, botol semprot, botol
pengencer,cawan petri, corong gelas, colony counter, erlenmeyer, gelas limia,
inkubator, kompor gas, kasa asbes, LAF (Laminator Air Flow), ruang uv, penangas
air, sendok tanduk, dan timbangan.
III.1.1.Bahan Yang digunakan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah
aluminium foil, aquadest, medium NA, medium PDA, sampel tanah, dan plastik
auret
III.2. Cara
kerja
III.2.1.
Sterilisasi
1.
Disiapkan alat dan
bahan.
2.
Di sterilkan alat-alat
dalam autoklaf pada suhu 121 ºC selama 15
menit pada tekanan 2 atm
3.
Di timbang NA sebanyak
5,6 gram dan PDA 7,8 gram
4.
Di keluarkan alat-alat
yang sudah di sterilkan dalam autoklaf
5.
Di masukkan medium PDA
dan NA kedalam erlenmeyer yang
berbeda dan dilarutkan dengan aquadest sampai 200 ml
6.
Di panaskan dan
dihomogenkan
7.
Di panaskan dan di
masukkan ke dalam cawan petri sebanyak 10
ml dengan menggunakan spoit di
sebar merata hingga menutupi
semua permukaannya
8.
Di masukkan pada
masing-masing ruang pengujian yaitu ruang
steril, ruang terbuka, dan ruang uv dibiarkan terbuka 1/3 bagian
selama 15 menit
9.
Di keluarkan dari ruang
pengujian dan di bungkus dengan plastik
auret
10. Di
inkubasi terbalik pada inkubator medium NA selama 1x24 jam
pada suhu 37 ºC daqn pada medium PDA 3x24 jam.
III.2.2. Isolasi
a.
Metode tuang
1. Di
siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Di
masukkan sampel tanah sebanyak 10 ml
3. Di
masukkan medium sebanyak 10 ml dan di homogenkan
4. Di
bungkus cawan petri menggunakan plastik auret
5. Di
inkubasi terbalik pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 ºC
b. Metode
tuang
1. Disiapkan
alat dan bahan yang digunakan
2. Di
masukkan medium sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri dan di biarkan setengah
memadat
3. Di
masukkan sampel sebanyak 1 ml
4. Cawan
petri di bungkus dengan menggunakan plastik auret
5. Di
inkubasi terbalik pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 ºC
c. Metode
gores
1. Di
siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Di
masukkan medium sebanyak 10 ml dalam cawan petri dan dibiarkan hingga memadat
3. Di
ambil ose bulat dan dibakar dengan menggunakan bunsen lalu di celupkan ke dalam
sampel
4. Ose
di goreskan secara aseptis pada permukaan medium
5. Dibungkus
cawan petri dengan menggunakan plastik auret
6. Di
inkubasi terbalik dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 ºC
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
IV.1. Tabel hasil pengamatan
IV.1.1. Tabel hasil pengamatan
sterilisasi
A.
Pengamatan Medium NA
(Nutrient Agar)
Medium
|
Jumlah Koloni Bakteri
Pada ruang
|
||
Steril
|
Uv
|
terbuka
|
|
NA
|
60
|
84
|
190
|
B.
Pengamatan Medium PDA
(potato Dextrose Agar)
Medium
|
Jumlah koloni jamur
pada ruang
|
||
Steril
|
Uv
|
terbuka
|
|
PDA
|
31
|
3
|
50
|
IV.1.2.
Tabel Hasil Pengamatan Isolasi
A. Pengamatan
Medium NA (Nutrient Agar)
Medium
|
Sampel
|
Jumlah Koloni Bakteri
|
||
Metode Gores
|
Metode Tuang
|
Metode Sebar
|
||
NA
|
Tanah
|
30
|
120
|
116
|
B. Pengamatan
Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
Medium
|
Sampel
|
Jumlah Koloni
|
||
Metode Gores
|
Metode Tuang
|
Metode Sebar
|
||
NA
|
Tanah
|
30
|
66
|
52
|
BAB V
PEMBAHASAN
Sterilisasi
adalah proses pembebasan alat dan bahan baik berupa padat atau cairan dari
segala bentuk kehidupan mikroorganisme. Steril adalah suatu keadaan dimana
suatu zat bebas dari mikroorganisme patogen dan nonpatogen dari seluruh
sporanya. Isolasi adalah proses memisahkan mikroba dari campurannya sehingga di
dapat kultur murni. Metode penanaman bakteri pada media pertumbuhan dari
sediaan berbentuk suspeni dapat menggunakan metode tuang, metode sebar, dan
metode gores.
Pada
percobaan sterilisasi dan isolasi bakteri digunakan medium NA dan PDA yang
konsentrasinya merupakan medium padat dengan komposisi masing-masing untuk
medium NA mengandung ekstrak Beef, peptone, Agar, dan Aquadest. Sedangkan
medium PDA menggunakan potato, peptone, Agar, dan Aquadest. Pada percobaan
tersebut, pertama-tama dilakukan sterilisasi pada semua alat yang digunakan di
dalam oven. Setelah itu, dilakukan pembuatan medium NA dan PDA, kemudian
masing-masing erlenmeyer dipanaskan diatas penangas air hingga laut.
Pada
proses sterilisasi, setelah medum telah dibuat kemudian dituang ke dalam
masing-masing cawan petri sebanyak 10 ml. Lalu medium di masukkan ke dalam
ruang UV, ruang steril, dan ruang terbuka selama 15 menit dan penutupnya
dibiarkan agak sedikit terbuka. Apabila medium telah memadat maka dibungkus
menggunakan plastik auret. Piasahkan antara medum NA dan PDA. Setelah itu,
medium diingkubasi terbalik dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37ºC
untuk medium NA dan selama 3x24 untuk medium PDA pada suhu 25 ºC.
Setelah
itu diamati dan dihitung koloni nya dihitung menggunakan colony counter.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan,
jumlah koloni bakteri pada medium NA yaitu pada ruang steril terdapat 60
koloni, pada ruang UV yaitu 84 koloni dan pada ruang terbuka 190. Sedangkan
pada medium sedangkan pada medium PDA (potato Dextrose Agar), jumlah koloni
jamur pada ruang steril yaitu terdapat 31 koloni jamur, pada ruang UV terdapat
3 koloni jamur dan pada ruang terbuka terdapat 50 koloni jamur.
Pada proses isolasi mikroba, metode
yang digunakan ada 3, yaitu metode tuang, metode sebar,m dan metode3 gores.
Adapun sampel yang digunakan yaitu sampel tanah. Pertama-tama dilakukan
pengenceran bertingkat untuk sampel tanah untuk meminimalkan atau mengurangi
jumlah mikroba pada tanah. Setelah pembuatan medium selesai, pada metode tuang
dimasukan masing – masing medium ke dalam cawan petri 10 ml, dan dibiarkan
setengah memadat dan dimasukkan sampel dengan di sebar setelah itu di tutup dan
dibungkus kertas auret. Pada metode gores dimasukan medium 10 ml dibiarkan
memadat dan digores dengan ose bulat . setelah itu ditutup dan dibungkus dengan
plastik auret. Selanjutnya, medium diinkubasi terbalik dalam inkubator selama
1x24 jam pada suhu37ºc untuk medium NA dan selama 3x24 jam pada suhu kamar pada
medium PDA. Selanjutnya diamati koloninya menggunakan colony counter.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
pada isolasi mikroba, jumlah koloni bakteri pada medium NA yaitu pada metode
gores dengan menggunakan sampel tanah terdapat 30 koloni bakteri. Pada metode
tuang terdapat 120 koloni bakteri. Sedangkan pada metode sebar terdapat 116
koloni bakteri. Sedangkan jumlah koloni pada medium PDA yang menggunakan sampel
tanah yaitu pada metode gores terdapat 30 koloni jamur pada metode tuang
terdapat 66 koloni jamur. Sedangkan pada metode sebar 52 koloni jamur.
BAB VI
PENUTUP
VI.I.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat
diperoleh dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut;
1. Pada
pengamatan sterilisasi, pada mediun NA, ruang yang paling banyak ditumbuhi
bakteri adalah ruang terbuka denga jumlah koloni bakteri 190. Sedangkan yang
paling sedikit ditumbuhi bakteri adalah ruang steril dengan jumlah koloni 60
sedangkan pada medium PDA ruang yang paling banyak ditumbuhi bakteri adalah
ruangan terbuka dengan jumlah koloni jamur 50, sedangkan yang paling sedikit
ditumbuhi jamur adalah ruang UV dengan jumlah koloni jamur 30.
2. Pada
pengamatan isolasi, pada medium NA metode yang paling banyak ditumbuhi bakteri
adalah metode tuang yang menggunakan sampel tanah dengan jumlah koloni 120.
Sedangkan metode yang paling sedikit ditumbuhi bakteri adalah metode gores
dengan jumlah koloni bakteri yaitu 30 koloni. Sedangkan pada medium PDA metode yang paling banyak ditumbuhi jamur
adalah metode tuang dengan jumlah koloni jamur 66, sedangkan yang paling
sedikit ditumbuhi jamur adalah metode gores dengan jumlah koloni jamur 30.
VI.2.
Saran
Kami sebagai praktikum
menyarankan agar alat dan bahan yang digunakan saat praktikum dapat
dilengkapi agar praktikum dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta; Dirjen
POM.
Djide
Natsir dan Sartini. 2008. Analis Mikrobiologi Farmasi.
Makassar;
Universitas Hasanuddin.
Hasimi,
M. 2010. Mikrobiologi Untuk Kebidanan. Jakarta; ISBN
Hadada
,Abdul wahab. 2009. Sterilisasi. Makassar
Https://www.scribd.com//DOC//
Farmasi
Industri Produk Steril.
Jr,
Michael J,Palezar dkk. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta;
Universita Indonesia.
Pruss,
A dkk. 2005. Pengelolaan Aman Limba Pelayanan Kesehatan.
Jakarta; EGC
Tim
Penyusun. 2016. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang;
Fakultas Sains dan Tekhnologi
Komentar
Posting Komentar