PERCOBAAN III “STERILISASI DAN ISOLASI MIKROORGANISME”


PERCOBAANIII
STERILISASI DAN ISOLASI MIKROORGANISME


OLEH
NAMA:FARMA
NIM:F-17073
KELAS:IB


AKADEMIFARMASISANDIKARSA
MAKASSAR
2018




BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
            Satu tahapan penting yang harus dilakukan dan merupakan aturan standar selama melaksanakan praktikum atau kerja mikrobiologi adalah sterilisais (widodo, lestanto unggul.2011).
            Hingga sekarang semakinm banyak zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau mengurangi, jumlah organisme dan penemuan-penemuan baru terus muncul dipasaran. Oleh karena tidak adanya bahan kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan, maka pilihlah bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada, dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak bahan yang didesinfeksi (staf pengajar, 2010).
            Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan cara fisik maupun kimia. Metode fisik didasarkan pada tindakan pemanasan. Cara kimia mencakup sterilisasi gas (pruss.A,dkk.2005).
            Proses pembuatan produk farmasi sediaan steril perlu memperhatikan proses sterilisasi produk untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada sediaan steril akan diproduksi dimana dapat berdampak pada penggunaan steril tersebut sehingga perlu dilakukan proses yang sangat ketat dalam setiap tahapan pengolahannya (farmasi industri produk steril.pdf).
            Isolasi mikroorganisme didefinisikan sebagai kegiatan pemisahan  kultur dari biakan campuran di alam menjadi sel-sel yang seragam setelah di tumbuhkan dalam medium buatan. Sebelum mengisolasi harus dapat diperkirakan mikroorganisme apa yang akan diisolasi dan habitat apa yang menentukan serta sampel apa yang akan diambil dari alam berikut medium apa yang digunakan (wignyanto dan nurhidayat.2017)
            Analisis mikrobiologi farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan serta kehidupan mikroorganisme dalam bidang farmasi, atau dapat juga diartikan merupakan salah satu cabang mikrobiologi yang mempunyai tujuan pengenalan, identifikasi, serta cara-cara pengujian terhadap mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan pada sediaan farmasi (djide, natsir dan sartini,2018).

















I.2. Maksud, Tujuan, dan Prinsip Percobaan

I.2.1. Maksud Percobaan
                      Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami prosedur pengujian sterilisais ruangan dan isolasi mikroba.

I.2.2. Tujuan Percobaan
                                  Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sterilisasi dengan autoclav pada suhu 121 ºC dengan tekanan 2 Atm dengan melakukan kerja aseptis dan mengetahui tekhnik isolasi mikroba dengan memisahkan mikroba dari sehingga didapat kultur murni.

I.2.3. Prinsip Percobaan
                      Prinsip dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.      Pada proses sterilisasi disterilkan alat dengan menggunakan autoclav pada suhu 121 ºC dengan tekanan 2 Atm.
2.      Pada proses sterilisasi menggunakan media NA (nutrient Agar) dan PDA (potato Dextrose Agar) dan disterilkan pada ruang steril, terbuka dan uv.
3.      Pada proses isolasi mikroorganisme menggunakan medium NA dan PDA pada metode tuang, sebar, dan gores. Dengan ingkubasi selama 1x24 jam pada medium NA dan 3x24 jam pada medium PDA dengan suhu 37ºC (NA) dan 25ºC (PDA).
4.      Pada isolasi mikroorganisme disterilkan alat dengan autoclav pada suhu 121 ºC dengan tekanan 2 Atm pada waktu 15 menit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Ringkas
A.    Sterilisasi
`           Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdaapat pada atau di dalam suatu benda. Hal-hal yang dilakukan ketika pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Dilain sisi ada beberapa peralatan dan media yang umum dipakai dalam pekerjaan mikrobiologi yang menjadi rusak apabila dibakar. Tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, bahan kimia, dan penyaringan atau filtrasi (tim penyusun.2016).
                                                                                  
Sterilisasi dengan cara pemanasan dapat dilakukan dengan cara pembakaran, pemanasan kering, pemanasan basah, dan pasteuritasi. Cara-cara sterilisasi  pemanasan ini diuraikan dibawah ini:
a.                   Pembakaran
Cara pembakaran adalah cara sterilisasi yang paling mudah dilakukan dan sangat sederhana. Tapi hanya terbatas pada alat-alat yang tahan api. Misalnya sterilisasi  ose (alat untuk menanam bakteri).
b.                  Pemanasan kering
Cara pemanasan kering dilakukan dengan menggunakan oven yang suhunya antara 150-160ºC. Cara ini memerlukan waktu minimal 1 jam.


c.                   Pemanasan basah
Pemanasan basah dapat dilakukan dengan cara merebus alat atau bahan yang akan disterilkan. Misalnya alat suntik, atau alat-alat lain yang terbuat dari logam.
d.                  Cara pasteurisasi
Tujuan dari pasteurisasi adalah hanya mematikan kuman vegetatif. Suhu 66ºC, waktu yang diperlukan selama 30 menit (hasyimi.M.2010).

Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik, bersifat merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi. Contoh : alkohol, fenol, halogen (tim penyusun.2016).
            Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90 % adalah yang termurah, namun merupakan antiseptik yang sangat efektif. Penambahan iodium pada alkohol akan meningkatkan daya desinfeksinya (staf pengajar.2010).
            Istilah desinfeksi sulit untuk didefinisikan karena aktifitas yang ada didalam proses desinfeksi sangat beragam. Panduan dari thecenters for disease control memungkinkan adanya pengecualian berikut:
1.      Desinfeksi tingkat tinggi : diharapkan dapat menghancur semua mikroorganisme, terkecuali sejumlah besar spora bakteri.
2.      Desinfeksi tingkat menengah : menonaktifkan mikrobakteri tuberculosis dan sebagian besar jamur, tidak dapat membunuh spora bakteri.
3.      Desinfeksi tingkat rendah : dapat membunuh hampir semua bakteri, beberapa virus, dan beberapa jamur, tidak dapat membunuh mikroorganisme resisten seperti bacil tuberculosis atau spora bakteri (pruss.A, dkk.2005).
Berikut ini diuraikan beberapa jenis disenfektan dan bagaimana cara menggunakannya.
a.       Iodium
Solusi iodium, baik dalam air maupun alkohol bersifat sangat antiseptik dan telah dipakai sejak dahulu sebagai antiseptik kulit sebelum proses pembedahan dilakukan.
b.      Klorin
Dirumah-rumah sakit dipakaia untuk mendisinfeksi ruangan-ruangan permukaan-permukaan ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan bedah.
c.       Alkohol
Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan desinfeks.
d.      Fenol
Fenol dalam konsentrasi rendah, daya bunuh fenol disebabkan karena fenol mempresifitasikan protein secara aktif,dan selain itu juga merusak membran dengan menurunkan tegangan permukaan.
e.       Peroksida
Peroksida hydrogen (H202) merupakan antiseptik yang efektif dan nontoksik. Terdapat bukti bahwa H2O2 10% bersifat virusid dan sporisid.
f.       Deterjen
Deterjen merupakan senyawa organik,yang karena struktur dapat berkaitan dengan air dan dengan molekul-molekul organis non polar(hasyimi,M.2010).
g.      Formaldehid
Formaldehid (8%) dapat dipakai sebagai zat untuk sterilisasi dan efektif untuk proses disinfeksi tingkat tinggi, akan tetapi formaldehid ini bersifat toksit dan kuat.
h.      Glutaraldehid
Glutaraldehid, misalnya cidux dapat dpakai sebagai zat sterilisasi dan afektif sebagai desinfektan tinggi (hasyimi.M.2010).

Sterilisasi secara fisika, dapat dilakukan dengan cara:

1.      Pemanasan kering
a.       Panas oven ( udara)
bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat di sterilisasi dangan uap destilasi dalam udara panas oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol.
b.      Minyak dan penangas lain
Bahan kimia dapat disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 162ºC.
c.       Pemijaran langsung 
Pemijaran langsung  di gunakan untuk mensterilkan spatula logam,batang gelas,filter logam  bekerfield dan filter bakteri lainnya.

2.       Panas lembab
a.       Uap bertekanan
Sterilisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.
b.      Uap panas pada 100ºC
Uap panas pada 100ºC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air mendidih.
c.       Pemanasan dengan bakterisida
Pemanasan ini menghadirkan aplikasi khusus daripada uap panas pada100ºC.
d.      Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat benyak dalam sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup alat-alat bedah( Hadada,abdul wahab 2009).

3.      Cara bukan panas
a.       Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi vdi udara dan pemusnaan selama proses di lingkungan.
b.      Aksi letal
Ketika sinar uv melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom dan mengubah keaktifannya.
c.       Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif seperti kobalt-Go ( sinar gamma) atau yang di hasilkan oleh preparat mekanisme elektron sampai ke kecepatan dan energi tinggi (sinar katode, sinar beta) (Hadada, Abdulwahab.2009).


B.     Isolasi mikroorganisme
Pada penanaman mikroba perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi untuk mikroba tersebut  sehingga dapat tumbuh dengan baik. isolasi bakteri adalah pemisahan bakteri dari alam dan menanamannya dalam media baru sebagai bakan murni (Ismaniar,dkk.2017).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan camppuran.  Dua diantaranya paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (rukmanah.2013).
Teknik untuk menanam bakteri adalah sebagaio berikut :
1.      Teknik plate method (cara tebar/sebar)
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara mengikulasi kultur mikroba dengan cara di pulas atau disebar pada permukaan media agar padat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba.
2.      Metode isolasi spred plate
Cara spread plate paling sering digunakan untuk memisahkan bakteri dari permukaan agar untuk memperoleh koloni terisolasi, sebab metode ini paling mudah dan cepat.
3.      pour plate method
teknik ini dilakukan menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada temperatur 40-50 C dengan suspensi bahan yang mengandungn mikroba, dan menuangkannya dalam cawan petri.
4.      Pembiakan lapangan
Teknik ini dilakukan dengan cara membasahi seluruh permukaan agar dengan suspensi kuman. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan kuman merata.
5.      Pembiakan agar miring
Teknik inokulasi bakteri dengan cara menggoreskan pada permukaan agar miring.
6.      Pembiakan dengan tusukan
Teknik inokulasi bakteri dengan cara menusukkan pada permukaan agar tegak (yusmaniar,dkk.2017)



II.2. Uraian Bahan
1.    Agar (Fi. Edisi III hal 74)
Nama Resmi : AGAR
Nama Lain : Agar
Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan
berlekatan, atau berbentuk keping, serpih atau butiran;
jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai
kuning pucat atau tidak berwarna, tidak berbau atau
berbau lemah, rasa berlendir, jika lembab liat, jika
kering rapuh
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam air mendidih.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : pemadat

2.      Aquades (Fi. Edisi III hal 96)
Nama Resmi       : AQUA DESTILLATA
Nama Lain          : Air Suling
Pemerian           : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut







II.3. Uraian Medium
1.      Medium NA (Nutrient Agar)
Komposisi :
a.       Ekstrak Daging Sapi 3 gram
b.      Pepton                    5  gram
c.       Agar                       15 gram
d.      Air                          1000 ml


2.      Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
Komposisi :
a.       Kentang (kupas kulitnya) 400 gram
b.      Dextrosa                           15 gram
c.       Agar-agar                          15 gram
d.      Air                                1000 ml











BAB III
METODE KERJA
III.1.Alat dan bahan
III.1.1.Alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, batang  pengaduk, botol semprot, botol pengencer,cawan petri, corong gelas, colony counter, erlenmeyer, gelas limia, inkubator, kompor gas, kasa asbes, LAF (Laminator Air Flow), ruang uv, penangas air, sendok tanduk, dan timbangan.

     III.1.1.Bahan Yang digunakan
  Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah aluminium foil, aquadest, medium NA, medium PDA, sampel tanah, dan plastik auret









III.2. Cara kerja
III.2.1. Sterilisasi
1.         Disiapkan alat dan bahan.
2.         Di sterilkan alat-alat dalam autoklaf pada suhu 121 ºC selama 15    
     menit pada tekanan 2 atm
3.         Di timbang NA sebanyak 5,6 gram dan PDA 7,8 gram
4.         Di keluarkan alat-alat yang sudah di sterilkan dalam autoklaf
5.         Di masukkan medium PDA dan NA kedalam erlenmeyer yang 
        berbeda dan dilarutkan dengan aquadest sampai 200 ml
6.         Di panaskan dan dihomogenkan
7.         Di panaskan dan di masukkan ke dalam cawan petri sebanyak 10
   ml  dengan menggunakan spoit di sebar merata hingga menutupi 
   semua permukaannya
8.         Di masukkan pada masing-masing ruang pengujian yaitu ruang 
        steril, ruang terbuka, dan ruang uv dibiarkan terbuka 1/3 bagian
        selama 15 menit
9.         Di keluarkan dari ruang pengujian dan di bungkus dengan plastik
        auret
10.     Di inkubasi terbalik pada inkubator medium NA selama 1x24 jam    
        pada suhu 37 ºC daqn pada medium PDA 3x24 jam.







III.2.2. Isolasi
a.            Metode tuang
1.      Di siapkan alat dan bahan yang digunakan
2.      Di masukkan sampel tanah sebanyak 10 ml
3.      Di masukkan medium sebanyak 10 ml dan di homogenkan
4.      Di bungkus cawan petri menggunakan plastik auret
5.      Di inkubasi terbalik pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 ºC 
b.       Metode tuang
1.      Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2.      Di masukkan medium sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri dan di biarkan setengah memadat
3.      Di masukkan sampel sebanyak 1 ml
4.      Cawan petri di bungkus dengan menggunakan plastik auret
5.      Di inkubasi terbalik pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 ºC

c.       Metode gores
1.      Di siapkan alat dan bahan yang digunakan
2.      Di masukkan medium sebanyak 10 ml dalam cawan petri dan dibiarkan hingga memadat
3.      Di ambil ose bulat dan dibakar dengan menggunakan bunsen lalu di celupkan ke dalam sampel
4.      Ose di goreskan secara aseptis pada permukaan medium
5.      Dibungkus cawan petri dengan menggunakan plastik auret
6.      Di inkubasi terbalik dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 ºC



BAB IV
HASIL PENGAMATAN



IV.1. Tabel hasil pengamatan
IV.1.1. Tabel hasil pengamatan sterilisasi
A.             Pengamatan Medium NA (Nutrient Agar)
Medium
Jumlah Koloni Bakteri Pada ruang
Steril
Uv
terbuka

NA
60
84
190

B.             Pengamatan Medium PDA (potato Dextrose Agar)
Medium
Jumlah koloni jamur pada ruang
Steril
Uv
terbuka
PDA
31
3
50

IV.1.2. Tabel Hasil Pengamatan Isolasi
A.    Pengamatan Medium NA (Nutrient Agar)
Medium
Sampel
Jumlah Koloni Bakteri
Metode Gores
Metode Tuang
Metode Sebar
NA
Tanah
30
120
116

B.     Pengamatan Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
Medium
Sampel
Jumlah Koloni
Metode Gores
Metode Tuang
Metode Sebar
NA
Tanah
30
66
52
























BAB V
PEMBAHASAN

           Sterilisasi adalah proses pembebasan alat dan bahan baik berupa padat atau cairan dari segala bentuk kehidupan mikroorganisme. Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroorganisme patogen dan nonpatogen dari seluruh sporanya. Isolasi adalah proses memisahkan mikroba dari campurannya sehingga di dapat kultur murni. Metode penanaman bakteri pada media pertumbuhan dari sediaan berbentuk suspeni dapat menggunakan metode tuang, metode sebar, dan metode gores.
           Pada percobaan sterilisasi dan isolasi bakteri digunakan medium NA dan PDA yang konsentrasinya merupakan medium padat dengan komposisi masing-masing untuk medium NA mengandung ekstrak Beef, peptone, Agar, dan Aquadest. Sedangkan medium PDA menggunakan potato, peptone, Agar, dan Aquadest. Pada percobaan tersebut, pertama-tama dilakukan sterilisasi pada semua alat yang digunakan di dalam oven. Setelah itu, dilakukan pembuatan medium NA dan PDA, kemudian masing-masing erlenmeyer dipanaskan diatas penangas air hingga laut.
           Pada proses sterilisasi, setelah medum telah dibuat kemudian dituang ke dalam masing-masing cawan petri sebanyak 10 ml. Lalu medium di masukkan ke dalam ruang UV, ruang steril, dan ruang terbuka selama 15 menit dan penutupnya dibiarkan agak sedikit terbuka. Apabila medium telah memadat maka dibungkus menggunakan plastik auret. Piasahkan antara medum NA dan PDA. Setelah itu, medium diingkubasi terbalik dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37ºC untuk medium NA dan selama 3x24 untuk medium PDA pada suhu 25 ºC.
Setelah itu diamati dan dihitung koloni nya dihitung menggunakan colony counter.
           Dari hasil pengamatan yang dilakukan, jumlah koloni bakteri pada medium NA yaitu pada ruang steril terdapat 60 koloni, pada ruang UV yaitu 84 koloni dan pada ruang terbuka 190. Sedangkan pada medium sedangkan pada medium PDA (potato Dextrose Agar), jumlah koloni jamur pada ruang steril yaitu terdapat 31 koloni jamur, pada ruang UV terdapat 3 koloni jamur dan pada ruang terbuka terdapat 50 koloni jamur.
           Pada proses isolasi mikroba, metode yang digunakan ada 3, yaitu metode tuang, metode sebar,m dan metode3 gores. Adapun sampel yang digunakan yaitu sampel tanah. Pertama-tama dilakukan pengenceran bertingkat untuk sampel tanah untuk meminimalkan atau mengurangi jumlah mikroba pada tanah. Setelah pembuatan medium selesai, pada metode tuang dimasukan masing – masing medium ke dalam cawan petri 10 ml, dan dibiarkan setengah memadat dan dimasukkan sampel dengan di sebar setelah itu di tutup dan dibungkus kertas auret. Pada metode gores dimasukan medium 10 ml dibiarkan memadat dan digores dengan ose bulat . setelah itu ditutup dan dibungkus dengan plastik auret. Selanjutnya, medium diinkubasi terbalik dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu37ºc untuk medium NA dan selama 3x24 jam pada suhu kamar pada medium PDA. Selanjutnya diamati koloninya menggunakan colony counter.
           Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada isolasi mikroba, jumlah koloni bakteri pada medium NA yaitu pada metode gores dengan menggunakan sampel tanah terdapat 30 koloni bakteri. Pada metode tuang terdapat 120 koloni bakteri. Sedangkan pada metode sebar terdapat 116 koloni bakteri. Sedangkan jumlah koloni pada medium PDA yang menggunakan sampel tanah yaitu pada metode gores terdapat 30 koloni jamur pada metode tuang terdapat 66 koloni jamur. Sedangkan pada metode sebar 52 koloni jamur.













BAB VI
PENUTUP
VI.I. Kesimpulan
               Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut;
1.      Pada pengamatan sterilisasi, pada mediun NA, ruang yang paling banyak ditumbuhi bakteri adalah ruang terbuka denga jumlah koloni bakteri 190. Sedangkan yang paling sedikit ditumbuhi bakteri adalah ruang steril dengan jumlah koloni 60 sedangkan pada medium PDA ruang yang paling banyak ditumbuhi bakteri adalah ruangan terbuka dengan jumlah koloni jamur 50, sedangkan yang paling sedikit ditumbuhi jamur adalah ruang UV dengan jumlah koloni jamur 30.
2.      Pada pengamatan isolasi, pada medium NA metode yang paling banyak ditumbuhi bakteri adalah metode tuang yang menggunakan sampel tanah dengan jumlah koloni 120. Sedangkan metode yang paling sedikit ditumbuhi bakteri adalah metode gores dengan jumlah koloni bakteri yaitu 30 koloni. Sedangkan pada medium PDA  metode yang paling banyak ditumbuhi jamur adalah metode tuang dengan jumlah koloni jamur 66, sedangkan yang paling sedikit ditumbuhi jamur adalah metode gores dengan jumlah koloni jamur 30.


VI.2. Saran
               Kami sebagai praktikum menyarankan agar alat dan bahan yang digunakan saat praktikum dapat dilengkapi  agar praktikum dapat berjalan  dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta; Dirjen
            POM.

Djide Natsir dan Sartini. 2008. Analis Mikrobiologi Farmasi. Makassar;
            Universitas Hasanuddin.

Hasimi, M. 2010. Mikrobiologi Untuk Kebidanan. Jakarta; ISBN

Hadada ,Abdul wahab. 2009. Sterilisasi. Makassar

Https://www.scribd.com//DOC// Farmasi Industri Produk Steril.

Jr, Michael J,Palezar dkk. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta;
            Universita Indonesia.

Pruss, A dkk. 2005. Pengelolaan Aman Limba Pelayanan Kesehatan.
            Jakarta; EGC


Tim Penyusun. 2016. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang;
            Fakultas Sains dan Tekhnologi




Komentar